Skip to main content

Mengenal Gigi Impaksi : Apa, Mengapa dan Bagaimana ?

Gigi impaksi merupakan gigi dengan kondisi tertanam sebagian ataupun total, dapat terjadi pada semua jenis gigi mulai gigi seri (insicive), taring (caninus), geraham kecil (premolar) maupun geraham (molar) baik rahang atas maupun rahang bawah.

Namun, kasus yang sering kita kenal dan jumpai adalah impaksi pada gigi molar ke-3 (gigi geraham bungsu). Gigi bungsu biasanya tumbuh pada masa usia "age of wisdom" yaitu 15-25 tahun, sehingga gigi bungsu dan gigi impaksi (geraham belakang) dalam bahasa Inggri biasa disebut dengan wisdom teeth. 
Manifestasi infeksi yang dapat terjadi pada gigi impaksi rahang bawah.
Proses pembentukan benih gigi bungsu diawali sebelum usia 12 tahun dan pertumbuhannya berakhir pada usia sekitar 25 tahun. Pada usia tersebut gigi bungsu akan terbentuk sempurna. Secara garis besar pertumbuhan gigi bungsu berlangsung, sebagai berikut:
Anatomi dan pertumbuhan gigi bungsu.
 Pada usia 12tahun, sebagian mahkota benih gigi bungsu mulai terbentuk: (1a);
 pada usia 14 tahun, mahkota gigi sudahterbentuk lengkap (1b). 
Pada usia 17 tahun, mahkota gigi dan akar gigi mulai terbentuk sebagian (1c) 
akhirnya pada usia 25 tahun, mahkota dan akar gigi terbentuk sempurna (1d). 
Tampak benih gigi bungsu atas danbawah dalam keadaan impaksi 
(sumber: dimodifikasidari American Association of Oral and MaxillofacialSurgeon /AAOMS). 

Dalam proses pertumbuhan gigi ke dalam rongga mulut, benih gigi akan menembus tulang alveolar dan mukosa gingiva (gusi) di atas benih gigi. Hal itu terjadi akibat dorongan ke arah permukaan karena pertumbuhan/ pertambahan panjang akar gigi disertai retraksi operkulum/ gingiva yang semula menutupinya.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gigi impaksi :

1. Genetik, contohnya orang tua yang memiliki lengkung rahang kecil, dengan ukuran gigi geligi relatif besar dapat menurunkan kondisi tersebut pada keturunannya.  Masalah genetik biasanya merupakan kondisi yang diwarisi dari orang tua baik dari ayah maupun ibu.

2. Nutrisi, terutama berhubungan dengan bentuk makanan. Makanan yang dikonsumsi manusia modern cenderung lebih lunak sehingga kurang merangsang pertumbuhan dan perkembangan lengkung rahang. Proses mengunyah makanan yang keras dianggap dapat merangsang pertumbuhan rahang karena terjadi aktivasi otot mastikasi sehingga rahang terangsang untuk tumbuh maksimal.

3. Letak benih, terutama posisi dan arah tumbuh gigi. Impaksi dapat terjadi karena benih gigi malposisi atau benih terbentuk dalam berbagai angulasi yaitu mesial, distal, vertikal, dan horisontal yang mengakibatkan jalur erupsi yang salah arah, seperti pada beberapa klasifikasi gigi impaksi berikut : 

Foto Panoramik yang menunjukan beberapa gigi impaksi.
Paling atas : Gigi taring (caninus) yang tidak tumbuh pada rahang atas.
Tengah : tampakan gigi seri (insicive) rahang atas yang impaksi.
Paling bawah : tampakan gigi taring (caninus) rahang bawah kanan dan kiri impaksi


Apa Gigi Impaksi Berbahaya?

Gigi impaksi dapat menimbulkan beberapa keluhan pada penderita. Pada gigi impaksi yang erupsi sebagian, yaitu gigi yang telah keluar diatas gusi (walau haya sedikit), biasanya akan ditemukan keradangan pada jaringan pericoronal disekitar gigi yang tumbuh (pericoronitis). 

Kondisi ini disebabkan karena daerah pericoronal dan sulcus (kantung) gusi kotor dan terinfeksi oleh bakteri.

Hal ini berhubungan dengan letak posisi perlekatan gusi yang TIDAK terletak pada mahkota gigi, melainkan pada cementum yang terletak pada CEJ (cemento-enamel-junction), jika sebagian telah erupsi, "kantung pembungkus mahkota gigi" telah terbuka dan sebagian lainnya menjadi "kantung" yang mengelilingi gigi.

Kantung-kantung ini berisi cairan gusi (gingival crevicular fluid), debris dan bakteri, saat respon tubuh host melemah maka akan timbul keradangan pada daeran ini.

Kista atau Tumor juga dapat ditemukan pada gigi impaksi yang tidak diambil. Kista dentigerus merupakan tipe kista (rongga patologis yang berisi cairan) yang tumbuh pada gigi impaksi.

Adanya gigi impaksi (baik dengan atau tanpa kista) yang berada dalam rahang dapat menyebabkan resiko patahnya tulang rahang.

Mengapa demikian ?

Tulang yang didalamnya terdapat gigi atau kista pasti akan lebih tipis lapisannya, karena sebagian masa tulang digantikan oleh gigi atau kista tersebut, sehingga kekuatan yang ada tidak sekuat jika dibandingkan dengan rahang yang komposisinya full tulang.

Gigi impaksi dengan arah "tidur" akan mendorong gigi depannya, sehingga dapat menyebabkan adanya gigi berlubang (dental caries), dan desakan tersebut juga dapat menyebabkan geligi depannya menjadi berdesakan.

Adanya kelainan pada gigi paling belakang biasanya juga akan menimbulkan nyeri, dan susah membuka mulut. Hal ini berdampak pada sukarnya dalam menjaga kebersihan mulut, akibatnya mulut jadi kotor, timbul bau mulut, dan memperparah infeksi yang ada.

Tidak jarang gigi geraham impaksi juga menimbulkan beberapa keluhan seperti kaku pundak hingga leher dan kepala bagian belakang, migrain, pusing tidak sembuh-sembuh, bahkan beberapa penyakit kronis lainnya.

Studi terakhir ditemukan ada hubungan antara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut dengan beberapa kesehatan beberapa organ tubuh lainnya seperti lambung, THT, kulit, dan janin.

Lalu bagaimana mengatasi gigi impaksi ??

Gigi impaksi mutlak harus diangkat jika menimbulkan keluhan. Pengangkatan/ pencabutan gigi impaksi biasa disebut dengan ODONTEKTOMI. Yaitu prosedur operasi kecil yang dilakukan oleh dokter gigi untuk mengangkat gigi impaksi.

Operasi Kecil ?? Seram ?
Prosedurnya bagaimana ?
Berapa lama ?
Apakah dengan dilakukan dengan bius total ?
Apakah berbahaya ?

Mungkin ini yang memenuhi pikiran kita saat mendengar kata "operasi gigi" atau "odontektomi"
Prosedur odontektomi dapat dilakukan dibawah local anestesi, dan tanpa bius total.. sekalipun akan mengambil 4 gigi sekaligus (dua di rahang atas, dua di rahang bawah). Namun ada beberapa indikasi yang memungkinkan dokter akan memilih bius total.

Prosedurnya sama dengan dengan cabut gigi biasa, hanya saja dengan melihat tingkat kesulitan dan retensi jaringan yang ada, dokter gigi akan melakukan beberapa tindakan eliminasi jaringan yang diperlukan untuk mengeluarkan gigi tersebut.

Besarnya defect post operasi, dan letak bekas operasi yang sulit dibersihkan akan menjadi pilihan bagi dokter gigi untuk  melakukan penjahitan luka (hecting) sebagai upaya untuk mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi resiko infeksi sekunder.

Perkiraan lama tindakan ini sekitar 15-30 menit tergantung dari tingkat kesulitan kasusnya.

Saran terbaik setelah melakukan Odontektomi ??

Nasihat dokter gigi setelah dilakukan odontektomi pada dasarnya sama dengan setelah kita melakukan cabut gigi.

Hanya saja ditambah dengan beberapa intruksi :

1. Diet lunak, bukan berarti harus makan bubur tetapi dalam arti makan makanan berkuah, lebih baik makanan berkuah yang mudah dikunyah dan ditelan. Makanan kuah pun lebih disarankan kuah bening, tidak terlalu banyak ampas (seperti kuah santan, rawon, dst)

2. Latihan buka-tutup mulut, setelah operasi gigi bungsu paling belakang pada umumnya akan terasa kemeng, dan sakit saat membuka mulut, dan sedikit bengkak. Hal ini wajar sebagai respon keradangan dan penyembuhan luka. Namun hal ini jangan "dimanja". Semakin sering kita latihan membuka-tutup mulut, maka mulut kita akan lebih mudah untuk bergerak (membuka mulut). Sebaliknya, semakin kita manja, maka trismus (kesulitan membuka mulut) akan datang.

Comments

  1. Apakah Gigi taring (caninus) yang tidak tumbuh pada rahang atas, dengan posisi miring tidak bisa di keluarkan? Maksudnya tetap ditumbuhkan? Apa hanya bisa di oprasi?

    ReplyDelete
  2. Untuk penanganan gigi caninus impaksi ada 2 pilihan, dilakukan odontektomi (di cabut) atau dilakukan prosedur open exposure surgery dan perawatan ortodontik (untuk diposisikan ke dalam posisi yang seharusnya dalam lengkung rahang)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Gigi Ngilu Saat Setelah Renang ?? Inilah Sebabnya..

Mungkin sering dari kita merasakan ngilu pada gigi setiap selesai berenang, terutama pada beberapa orang yang menjadikan renang sebagai olahraga favorite, atau bahkan sebagai profesi profesional mereka (atlet). Akhir-akhir ini ada beberapa pasien datang dengan keluhan gigi sering terasa sangat ngilu dan sensitif, terutama setelah berenang. Inilah yang membuat saya ingin menulis tentang gigi ngilu, kaporit, dan kolam renang.. APA ada hubungan antara ketiganya? Oke.. dari kondisi klinis di dalam rongga mulut pasien tersebut, tidak ditemukan adanya dental caries (gigi berlubang) atau calculus (karang gigi) dan resesi gingiva (gusi turun).  Yaa.. tampak normal, setelah wawancara lebih dalam ternyata mereka adalah atlet renang profesional yang dalam pemusatan pelatihan daerah (Puslatda) Jatim. Saya pernah merasakan latihan di dalam Puslatda, sangat ketat. Latihan seperti makan obat saja yang sehari bisa 3 kali. Ya... walau saya bukan atlet renang dulunya, tapi kebayang

Case Report : Cosmetic-Esthetic Dentistry with Frenectomy and Veneer

Frenulum adalah lipatan mukosa yang berisi jaringan ikat/otot yang menghubungkan bagian dari tubuh. Frenulum pada rongga mulut dapat ditemukan pada daerah bawah lidah (frenulum lingualis) , bibir (frenulum labialis) , dan pipi bagian dalam (frenulum bucalis) .  Frenulum labialis superior Jika tinggi, akan menyebabkan central diastema/midline diastema, pada pasien yang menggunakan gigi palsu tipe full denture juga akan mempengaruhi retensi gigi palsunya jika menagemennya tidak tepat Frenulum bucalis Jika tinggi, akan mempengaruhi retensi gigi palsu jika managemennya tidak tepat Frenulum Lingualis Jika frenulum ini "pendek" (gambar sisi kanan) akan mempengaruhi fungsi bicara karena lidah "terikat" dan tidak bisa bergerak bebas, dan dapat juga mempengaruhi retensi gigi palsu pada pasien yang menggunakannya jika managemennya tidak tepat Saat ini, kita akan membahas kasus frenulum labialis yang umum kita jumpai.  Pada frenulum labiaslis su