Skip to main content

Bermasalah dengan Bau Mulut ?? Temukan Penyebab dan Solusinya Disini..



Penyebab dan Cara Mengatasinya
Halitosis atau bau mulut merupakan suatu kondisi yang membuat “penderita”nya menjadi kurang nyaman, terutama saat berbicara dengan orang lain. Kondisi tersebut memungkinkan tingkat ke-PeDe-an seseorang berada pada tingkat terendah. 

Banyak efek yang terjadi ketika kita menderita bau mulut, di antaranya efek psikologis. Perasaan kurang nyaman dan terganggu datang dan seolah menjadi dinding pemisah antara kita dengan lawan bicara. Lawan bicara tidak mampu mengerti secara utuh sesuatu yang kita bicarakan karena kita kurang leluasa saat berbicara, atau kita sudah jelas pengucapannya tapi lawan bicara tidak mampu menangkap materi yang kita bicarakan karena terganggu oleh bau mulut kita. Oleh karena itu, bau mulut menjadi momok besar. 

Ada beberapa jenis halitosis, antara lain  :
1.      Genuine Halitosis, yaitu ketika halitosis benar-benar ada pada penderita. Kondisi ini dibagi menjadi halitosis fisiologi dan halitosis patologi.
2.      Pseudo Halitosis, yaitu ketika halitosis tidak benar-benar ada, namun si penderita merasa memilikinya.
3.      Halitophobia, adalah perasaan yang biasa timbul pada penderita yang telah memiliki genuine dan pseudo halitosis yang telah diobati. 

Beberapa penyebab yang memungkinkan timbulnya bau mulut diantaranya :
1.      Kondisi mulut yang kotor. Hal ini dikaitkan dengan deposit sisa makanan (debris), plak, dan karang gigi (calculus) di dalam mulut. Debris, plak, dan calculus merupakan media yang baik untuk hidup mikroorganisme, dalam jumlah banyak akan menimbulkan gangguan kesehatan gigi dan mulut. Tingginya jumlah plak dan calculus dapat menyebabkan gangguan kesehatan jaringan periodontal (jaringan penyangga gigi). Gejala yang paling mudah terlihat adalah gusi berwarna merah (gusi nornal berwarna pink coral, red), dan sering berdarah terutama saat sikat gigi.
2.      Gigi berlubang. Memelihara gigi berlubang ibarat memelihara tong sampah dalam mulut. Gigi berlubang merupakan tempat yang baik bagi bakteri untuk tumbuh karena gigi berlubang sukar untuk dibersihkan, banyak terdapat sisa makanan di dalamnya, dan kondisi anaerob yang sangat disukai oleh bakteri-bakteri pada proses gigi berlubang tingkat lanjut (gigi dengan lubang yang lebih dalam, red) seperti Lactobacillus.
3.      Gangguan kelenjar saliva (air ludah). Saliva merupakan cairan penting dalam mulut kita yang memiliki berbagai fungsi fisiologis. Beberapa fungsi saliva adalah sebagai berikut :
Lubrikasi
Melapisi dan melindungi mukosa dari iritasi mekanik, suhu, dan kimia.
Cleanses the teeth
Membersihkan sisa makanan .
Ion reservoir
Membantu remineralisasi gigi
Buffer
Menetralisir pH plak setelah makan
Antimikrobial
Mengandung imunoglobulin, enzim, dan protein saliva lain yang berperan dalan regulasi flora rongga mulut.
Pembentukan Pellicle
Lapisan pelindung protein saliva yang terbentuk pada semua permukaan enamel yang berperan sebagai diffusion barrier
Pencernaan
Enzim amilase yang terdapat pada saliva membantu pencernaan makanan.
Penghantar rasa
Saliva bersifat larut dan membantu interaksi antara makanan dan reseptor rasa di lidah.
Water balance
Dehidrasi menyebabkan menurunnya aliran saliva di dalam mulut sehingga menyebabkan mulut kering, dan merangsang tubuh meningkatkan intake cairan.

Apabila produksi dan aliran saliva terganggu, kondisi mulut menjadi kurang sehat, kering (xerostomia), sisa makanan menumpuk dan bakteri akan lebih banyak, terjadi penyakit gangguan periodontal, dsb.

4.      Penyakit lambung seperti dyspepsia (sakit mag) atau peptic ulcer (tukak lambung) sering dihubungkan dengan bau mulut. Hal ini berhubungan dengan adanya bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini sering ditemukan sebagai penyebab dyspepsia dan peptic ulcer. Bakteri yang berada dalam saluran pencernaan ini dapat berpindah ke dalam mulut. Selain itu, gas dan asam lambung yang tinggi yang dihasilkan pada kondisi perut kosong dapat keluar melalui mulut dan menghasilkan suasana asam dalam mulut.

5.      Adanya penyakit sistemik yang berdampak pada produksi dan aliran saliva, seperti diabetes yang tidak terkontrol, alkoholik, infeksi bakteri dan virus (mumps, HIV), malnutrisi, dan penyakit kelenjar saliva lain termasuk keganasan.

Beberapa cara mengatasi bau mulut yang patut untuk dicoba diantaranya :
1. Menjaga kebersihan mulut dengan baik.
2. Perbanyak makan makanan yang berserat dan berkadar air tinggi. Ini dimaksudkan untuk membantu membersihkan debris setelah makan. Kandungan air yang cukup pada tubuh akan membantu tubuh terhindar dari dehidrasi.
3. Kontrol minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi. Hal ini bermaksud untuk membersihkan karang gigi, merawat gigi dan jaringan sekitarnya agar tidak menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut yang lebih parah.
4.  Jika gangguan ini persisten (tetap) setelah dilakukan perawatan gigi, biasanya dokter gigi akan bermitra dengan sejawat dokter umum atau dokter spesialis untuk mengatasi masalah kesehatan yang lebih bersifat spesifik karena  mengatasi sumber utama penyebab bau mulut, bukan hanya gejalanya saja (bau mulut). Contoh : jika datangnya bau mulut tersebut akibat diabetes yang tidak terkontrol maka yang harus diatasi terlebih dahulu adalah diabetesnya.
5. Gunakan obat kumur sewajarnya. Obat kumur merupakan larutan penunjang dalam upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut. obat kumur membantu menjaga kesegaran nafas, dan memiliki sifat antibakterial maupun anti inflamasi (sesuai dengan fungsi dan jenisnya), namun ia tidak menggantikan keutamaan fungsi sikat gigi dalam hal menjaga kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut.

Sumber :

1.   Tyldesley’s Oral Medicine  5th Edition

2.   Halitosis: Types / Classifications, http://www.animated-teeth.com/bad_breath/t-bad-breath-types.htm

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Gigi Impaksi : Apa, Mengapa dan Bagaimana ?

Gigi impaksi merupakan gigi dengan kondisi tertanam sebagian ataupun total, dapat terjadi pada semua jenis gigi mulai gigi seri (insicive) , taring (caninus) , geraham kecil (premolar) maupun geraham (molar) baik rahang atas maupun rahang bawah. Namun, kasus yang sering kita kenal dan jumpai adalah impaksi pada gigi molar ke-3 (gigi geraham bungsu). Gigi bungsu biasanya tumbuh pada masa usia "age of wisdom" yaitu 15-25 tahun, sehingga gigi bungsu dan gigi impaksi (geraham belakang) dalam bahasa Inggri biasa disebut dengan wisdom teeth.   Manifestasi infeksi yang dapat terjadi pada gigi impaksi rahang bawah. Proses pembentukan benih gigi bungsu diawali sebelum usia 12 tahun dan pertumbuhannya berakhir pada usia sekitar 25 tahun. Pada usia tersebut gigi bungsu akan terbentuk sempurna. Secara garis besar pertumbuhan gigi bungsu berlangsung, sebagai berikut: Anatomi dan pertumbuhan gigi bungsu.  Pada usia 12tahun, sebagian mahkota benih gigi bungsu mulai terbe

Gigi Ngilu Saat Setelah Renang ?? Inilah Sebabnya..

Mungkin sering dari kita merasakan ngilu pada gigi setiap selesai berenang, terutama pada beberapa orang yang menjadikan renang sebagai olahraga favorite, atau bahkan sebagai profesi profesional mereka (atlet). Akhir-akhir ini ada beberapa pasien datang dengan keluhan gigi sering terasa sangat ngilu dan sensitif, terutama setelah berenang. Inilah yang membuat saya ingin menulis tentang gigi ngilu, kaporit, dan kolam renang.. APA ada hubungan antara ketiganya? Oke.. dari kondisi klinis di dalam rongga mulut pasien tersebut, tidak ditemukan adanya dental caries (gigi berlubang) atau calculus (karang gigi) dan resesi gingiva (gusi turun).  Yaa.. tampak normal, setelah wawancara lebih dalam ternyata mereka adalah atlet renang profesional yang dalam pemusatan pelatihan daerah (Puslatda) Jatim. Saya pernah merasakan latihan di dalam Puslatda, sangat ketat. Latihan seperti makan obat saja yang sehari bisa 3 kali. Ya... walau saya bukan atlet renang dulunya, tapi kebayang

Case Report : Cosmetic-Esthetic Dentistry with Frenectomy and Veneer

Frenulum adalah lipatan mukosa yang berisi jaringan ikat/otot yang menghubungkan bagian dari tubuh. Frenulum pada rongga mulut dapat ditemukan pada daerah bawah lidah (frenulum lingualis) , bibir (frenulum labialis) , dan pipi bagian dalam (frenulum bucalis) .  Frenulum labialis superior Jika tinggi, akan menyebabkan central diastema/midline diastema, pada pasien yang menggunakan gigi palsu tipe full denture juga akan mempengaruhi retensi gigi palsunya jika menagemennya tidak tepat Frenulum bucalis Jika tinggi, akan mempengaruhi retensi gigi palsu jika managemennya tidak tepat Frenulum Lingualis Jika frenulum ini "pendek" (gambar sisi kanan) akan mempengaruhi fungsi bicara karena lidah "terikat" dan tidak bisa bergerak bebas, dan dapat juga mempengaruhi retensi gigi palsu pada pasien yang menggunakannya jika managemennya tidak tepat Saat ini, kita akan membahas kasus frenulum labialis yang umum kita jumpai.  Pada frenulum labiaslis su