Halitosis
atau bau mulut merupakan suatu kondisi yang membuat “penderita”nya menjadi
kurang nyaman, terutama saat berbicara dengan orang lain. Kondisi tersebut
memungkinkan tingkat ke-PeDe-an seseorang berada pada tingkat terendah.
Banyak
efek yang terjadi ketika kita menderita bau mulut, di antaranya efek
psikologis. Perasaan kurang nyaman dan terganggu datang dan seolah menjadi
dinding pemisah antara kita dengan lawan bicara. Lawan bicara tidak mampu
mengerti secara utuh sesuatu yang kita bicarakan karena kita kurang leluasa
saat berbicara, atau kita sudah jelas pengucapannya tapi lawan bicara tidak
mampu menangkap materi yang kita bicarakan karena terganggu oleh bau mulut
kita. Oleh karena itu, bau mulut menjadi momok besar.
Ada
beberapa jenis halitosis, antara lain :
1. Genuine Halitosis, yaitu
ketika halitosis benar-benar ada pada penderita. Kondisi ini dibagi menjadi
halitosis fisiologi dan halitosis patologi.
2. Pseudo Halitosis, yaitu
ketika halitosis tidak benar-benar ada, namun si penderita merasa memilikinya.
3. Halitophobia, adalah perasaan
yang biasa timbul pada penderita yang telah memiliki genuine dan pseudo
halitosis yang telah diobati.
Beberapa
penyebab yang memungkinkan timbulnya bau mulut diantaranya :
1. Kondisi mulut yang kotor. Hal
ini dikaitkan dengan deposit sisa makanan (debris), plak, dan karang gigi
(calculus) di dalam mulut. Debris, plak, dan calculus merupakan media yang baik
untuk hidup mikroorganisme, dalam jumlah banyak akan menimbulkan gangguan
kesehatan gigi dan mulut. Tingginya jumlah plak dan calculus dapat menyebabkan
gangguan kesehatan jaringan periodontal (jaringan penyangga gigi). Gejala yang
paling mudah terlihat adalah gusi berwarna merah (gusi nornal berwarna pink
coral, red), dan sering berdarah terutama saat sikat gigi.
2. Gigi berlubang. Memelihara
gigi berlubang ibarat memelihara tong sampah dalam mulut. Gigi berlubang
merupakan tempat yang baik bagi bakteri untuk tumbuh karena gigi berlubang
sukar untuk dibersihkan, banyak terdapat sisa makanan di dalamnya, dan kondisi
anaerob yang sangat disukai oleh bakteri-bakteri pada proses gigi berlubang
tingkat lanjut (gigi dengan lubang yang lebih dalam, red) seperti Lactobacillus.
3. Gangguan kelenjar saliva (air
ludah). Saliva merupakan cairan penting dalam mulut kita yang memiliki berbagai
fungsi fisiologis. Beberapa fungsi saliva adalah sebagai berikut :
Lubrikasi
|
Melapisi dan melindungi mukosa dari iritasi mekanik, suhu, dan kimia.
|
Cleanses the teeth
|
Membersihkan sisa makanan .
|
Ion reservoir
|
Membantu remineralisasi gigi
|
Buffer
|
Menetralisir pH plak setelah makan
|
Antimikrobial
|
Mengandung imunoglobulin, enzim, dan protein saliva lain yang berperan
dalan regulasi flora rongga mulut.
|
Pembentukan Pellicle
|
Lapisan pelindung protein saliva yang terbentuk pada semua permukaan
enamel yang berperan sebagai diffusion
barrier
|
Pencernaan
|
Enzim amilase yang terdapat pada saliva membantu pencernaan makanan.
|
Penghantar rasa
|
Saliva bersifat larut dan membantu interaksi antara makanan dan reseptor
rasa di lidah.
|
Water balance
|
Dehidrasi menyebabkan menurunnya aliran saliva di dalam mulut sehingga
menyebabkan mulut kering, dan merangsang tubuh meningkatkan intake cairan.
|
Apabila produksi
dan aliran saliva terganggu, kondisi mulut menjadi kurang sehat, kering
(xerostomia), sisa makanan menumpuk dan bakteri akan lebih banyak, terjadi penyakit
gangguan periodontal, dsb.
4. Penyakit lambung seperti dyspepsia
(sakit mag) atau peptic ulcer (tukak lambung) sering dihubungkan dengan bau
mulut. Hal ini berhubungan dengan adanya bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini sering ditemukan sebagai penyebab
dyspepsia dan peptic ulcer. Bakteri yang berada dalam saluran pencernaan ini
dapat berpindah ke dalam mulut. Selain itu, gas dan asam lambung yang tinggi
yang dihasilkan pada kondisi perut kosong dapat keluar melalui mulut dan menghasilkan
suasana asam dalam mulut.
5. Adanya penyakit sistemik yang
berdampak pada produksi dan aliran saliva, seperti diabetes yang tidak
terkontrol, alkoholik, infeksi bakteri dan virus (mumps, HIV), malnutrisi, dan
penyakit kelenjar saliva lain termasuk keganasan.
Beberapa
cara mengatasi bau mulut yang patut untuk dicoba diantaranya :
1. Menjaga kebersihan mulut
dengan baik.
2. Perbanyak makan makanan yang
berserat dan berkadar air tinggi. Ini dimaksudkan untuk membantu membersihkan
debris setelah makan. Kandungan air yang cukup pada tubuh akan membantu tubuh
terhindar dari dehidrasi.
3. Kontrol minimal 6 bulan
sekali ke dokter gigi. Hal ini bermaksud untuk membersihkan karang gigi,
merawat gigi dan jaringan sekitarnya agar tidak menimbulkan masalah kesehatan
gigi dan mulut yang lebih parah.
4. Jika gangguan ini persisten
(tetap) setelah dilakukan perawatan gigi, biasanya dokter gigi akan bermitra
dengan sejawat dokter umum atau dokter spesialis untuk mengatasi masalah
kesehatan yang lebih bersifat spesifik karena
mengatasi sumber utama penyebab bau mulut, bukan hanya gejalanya saja
(bau mulut). Contoh : jika datangnya bau mulut tersebut akibat diabetes yang
tidak terkontrol maka yang harus diatasi terlebih dahulu adalah diabetesnya.
5. Gunakan obat kumur
sewajarnya. Obat kumur merupakan larutan penunjang dalam upaya menjaga
kesehatan gigi dan mulut. obat kumur membantu menjaga kesegaran nafas, dan
memiliki sifat antibakterial maupun anti inflamasi (sesuai dengan fungsi dan
jenisnya), namun ia tidak menggantikan keutamaan fungsi sikat gigi dalam hal
menjaga kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut.
Sumber
:
1. Tyldesley’s
Oral Medicine 5th Edition
2. Halitosis: Types / Classifications, http://www.animated-teeth.com/bad_breath/t-bad-breath-types.htm
Comments
Post a Comment