Skip to main content

The Long Nawang Stories Part I : Journey to Malinau

The Long Nawang Stories
Part I : Journey to Malinau
 

Peta  Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara

Suatu moment yang sudah lama kunanti, semenjak ku SMA. Berpetualang menjajaki daerah yang benar-benar jarang di kunjungi oleh orang-orang kebanyakan, menjelajah memasuki hutan perawan, dan mengabdi pada negri ini adalah misi yang sudah lama ku idamkan. Indonesia memang benar-benar negeri yang kaya akan hutan dan budaya. Beragam kisah yang belum terungkap dari balik ribun hijaunya belantara.

Selama ini hanya dalam mimpi ku coba tuk mewujudkan semua itu. Berusaha bermanfaat bagi sesama. “Hidup cuma sekali, and I have to make it LIVE”. Pada dasarnya aku adalah orang yang suka dengan perjalanan, dan petualangan. Akan banyak cerita dan pengalaman pastinya yang akan ku dapat disana. Kini jalan perlahan mulai terbuka untuk setiap mimpi yang ku nanti.
 

Berangkat meninggalkan kota Surabaya yang “panas”, dengan semua problema dan cerita yang ku alami di sana adalah salah satu saat-saat yang paling ku nantikan setelah jenuh dengan semua kepenatan kota besar. Hatiku mulai gelisah, antara bahagia dan sedih. Ada beberapa hal yang masih mengganggu pikiranku.

Dilema oh dilema..
Surabaya tempat ku menuntut ilmu, dengan segudang cerita suka-dukanya. Teman, sahabat, hobi dan profesi lama. Sedikit beban untuk pergi karena banyak kenangan dan kebiasaan yang terbentuk selama hampir 7 tahun mengukir kisah di sana. Tanggungjawab untuk melatih dojang (tempat latihan Taekwondo), meninggalkan dunia keatletan, hobi dan sekaligus profesi sampingan yang sanggup menyita 75% waktu, pikiran dan tenagaku. Meninggalkan tempat-tempat praktek yang sudah mulai sedikit demi sedikit kuakrabi. Yaa.. akhirnya sampai jumpa Surabaya dengan segala isinya, termasuk kuliner-kuliner malam yang luar biasa. Keputusan ini sudah bulat untuk mengayunkan langkah, dan bernyanyi tentang perjuangan bersama orang-orang pedalaman, karena hidup terlalu disayangkan untuk dibuat biasa-biasa saja.


Registrasi dan Pengumuman
Menanti pengumuman hasil penerimaan ini membuat jantung dag dig dug. Udara dingin bertiup semakin membuat merinding semua bulu kuduk, karena seminggu sebelumnya registrasi ku lakukan jam 5 subuh dan terdapat kesalahan saat mengisi formulir online itu. Entah kebodohan atau karena masih mengantuk, begitu semangatnya ku pun lupa untuk mengecek ulang semua isian yang telah ku ketik. Dan “klik”.. data pun terkirim, tanpa bisa dilakukan koreksi atau registrasi ulang. Duduk didepan laptop dengan mulut komat-kamit membaca doa, semoga namaku ada dalam salah satu dokter PTT yang di terima untuk bertugas di pedalaman saat pengumuman nanti. Dengan tangan gemetar ku beranikan untuk kembali membuka website kemenkes.

Belum berani juga untuk meng”klik”.  Lama juga “mantengi” layar laptop dengan sejuta perasaan waswas.. keringat berkucuran, lidah menjadi pahit, badan menggigil dan ada pula rasa kebelet buang air. Ku tutup sedikit kelopak mata ku agar tidak terlalu silau dengan apa yang akan kulihat nanti, mencoba menarik nafas panjang, dan sesekali mengintip dari sela-sela jari yang kutempelkan tepat didepan wajah.
“Ternyata ada..!” namaku masuk dalam salah satu dokter yang terpilih untuk penempatan itu. Bolak balik ku tutup dan ku buka kembali lembar pengumuman online untuk memastikan apa benar yang ku lihat itu. Sekali, dua kali bahkan hingga lima kali dalam waktu kurang dari 20 menit ku buka dan ku baca dengan seksama, bahkan setiap huruf pun ku eja layaknnya anak yang baru belajar membaca.
Yaa.. Kini keberangkatan menuju daerah pedalaman Kalimantan, yang melegenda, akan segera dimulai. Beberapa persiapan sudah masuk dalam list dan dicek ulang sebelum masuk dalam tas andalanku. Back-pack alias tas punggung yang sudah ikut menemaniku melanglang dalam beberapa perjalananku ke daerah-daerah di Indonesia. Tas yang ikut menemani saat pertama kali ke Sangata, Kutai Timur  sebagai dokter gigi selama beberapa waktu, ikut dalam perjalanan pertamaku ke Riau dalam ajang Pra-PON 2012 mewakili kontingen Jawa Timur, dan sekarang ikut menemani ku menjelajah dan mengabdi untuk bangsa ini di daerah pedalaman Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, daerah perbatasan dengan Malaysia.

Kabupaten di Kalimantan Timur yang sangat asing di telingaku ini mengusik rasa ingin tahuku dan seolah menantang jiwa petualangku untuk “bermain-main” disana. Bagaimana tidak asing, melihat dalam berita, membaca di koran atau bahkan mendengar saja tidak pernah nama kabupaten itu, dan sekarang harus kesana. Sejuta bayangan daerah itu menghiasi pikiran, hutan perawan dengan beberapa ratus orang penduduk asli suku Dayak Kalimantan, udara sejuk, fasilitas kesehatan terbatas, dan terisolasi dari dunia luar. Memang kabupaten penempatan kami pilih sendiri, dan justru kata “Malinau” yang begitu asing itu membuatku merasa tertantang untuk datang dan melihat langsung kesana.

Dengan tanpa berat langkah dan hati kulancarkan langkah dan doa hingga keberangkatanku bersama dokter/dokter gigi PTT lainnya dari Jawa Timur. Sempat sekedar sharing informasi dengan para senior yang sempat tahu atau bahkan merasakan suasana di desa tempat ku akan mengabdi.. beberapa kisah dari mulut kemulut sontak terdengar mengatakan, “kenapa Kalimantan? Hati-hati lho..”,atau “Malinau? Dimanatuh?”, dan beberapa cerita mitos yang mengatakan tentang ilmu hitam di Kalimantan yang mengerikan. Ada beberapa senior di Malinau pun mengatakan  “yaa semoga aja kamu ga dapet daerah Long Nawang”, “Apaan tuh?” dalam hati spontan ku katakan. “Di daerah  itu semua serba susah dan minim sekali.. termasuk signal ga ada, transportasi, sarana-prasarana minim,anjing dan babi berkeliaran layaknya ayam dan kucing di Jawa, sampai susahnya makanan bagi kita umat muslim”. Tapi justru perkataan ini yang menjadikanku “yaa.. emang separah apa sih?? Jadi penasaran.. moga aja dapet disana, hehe..”

Yaa tidak heran, tidak kaget kalau nanti bakal dapet tempat itu.. karena di angkatan kami dokter-dokter PTT April 2012 hanya saya sendiri dokter  gigi laki-laki yang memungkinkan untuk ditempatkan di daerah “Long” (nama daerah-daerah didaerah hulu atau pedalaman sekali). Banyak informasi yang sempat sampai ditelingaku tentang daerah Long ini. Yaa seperti yang dikatakan senior kami disana, mulai dari tidak ada signal, tidak ada listrik, tidak ada air bersih (PDAM), banyak anjing bertebaran di jalan kampung, warga mayoritas masih penduduk asli yang hanya beberapa bisa berbahasa Indonesia, tingginya angka AIDS dan kenakalan remaja dari mabuk sampai free-sex, dan lain-lainnya. Yaa sudah siaplah dengan semua itu.. apalagi keputusan untuk mengabdi ini sudah ada sejak ku masih duduk di bangku kuliah bahkan saat masih SMA, and it’s show time, Bro !!



Perjalanan dari Kota Tarakan ke Malinau
Pertama kali menginjakan tanah di kota Tarakan saja sudah membuat hati ini berdebar, kota yang sudah lama ku lihat dari peta saja, nama yang sudah sering kudengar disebut-sebut sebagai kota besar, dan sebagainya.. apalagi Malinau? Hadeeeh.. masuk TV aja belum pernah tuh kota, lha ini mau kesana, gimana coba.. mungkin rasanya kayak orang mau dikirim perang kali yaa.. hehe.. tidak tahu medan, dan hanya ada kata “laksanakan !”.
Dari kota Tarakan rombongan kami berangkat ke Malinau dengan menggunakan Long Boat, sejenis speed-boat berbentuk panjang dan duduknya saling berhadap-hadapan. Kapal kecil yang berkapasitas penumpang 10-12 orang, yang pastinya goyang-goyang plus ditambah barang kami yang buaaaanyaaakk banget.. yaa bagaimana tidak banyak, kami semua belum tahu apa dan dimana Malinau, kami ditugaskan selama 1 tahun disana, dan akhirnya semua membawa barang-barang yang banyak yang mungkin akan digunakan selama masa tugas nantinya. Kapal ini hanya digerakkan dengan satu motor saja berkekuatan 200 Pk.

Perjalanan kami tempuh dalam waktu 4 jam dengan kendaraan yang selalu terhempas naik-turun selama perjalanan, dan dapat dibayangkan bagaimana bentuk akhir dari bokong anda nantinya.. dan sekedar berbagi cerita, rombongan kami semenjak bertolak dari Samarinda-Balikpapan dan hingga mendarat di Tarakan belum sarapan atau kemasukan secuil makananpun kecuali air saja. Saat di penyeberangan Tarakan  beberapa dari kami menyempatkan makan, yaa walau  tidak dengan tenang dan nikmat alias terburu-buru, dan beberapa tidak makan karena “yaa, mana sempet.. gini aja sudah tergesa-gesa..”. Saat itu kami memang ketinggalan boat terakhir menuju malinau. Sebenarnya bisa sih kalau mau naik pesawat, tapi mana cukup uang perjalanan kami. Gini aja uang perjalanan kami sudah banyak yang dipotong entah untuk apa.. oooh no !!


Bersama dr. Rizky, dr. Alex dan utusan Dinkes Pro. Kaltim di pelabuhan Tarakan (kiri) Kondisi didalam boat yang melaju dari Tarakan – Kab. Malinau (tengah) Setelah 4 jam terombang ambing di atas boat akhirnya tiba di pelabuhan Kota Malinau, Kalimantan Utara (kanan)

Akhirnya kami memutuskan untuk carter long-boat dengan menambah biaya pengeluaran dari dompet pribadi kami. Badan mulai terombang-ambing begitu melihat kapal kecil itu. Yaa kami baru melihatnya saja. Kapal kecil yang terhempas terkena ombak. Bergetar kaki-kakiku, badan makin meriang terkena angin laut dan menjadi lemas. Bukan hanya karena melihat kapal ini, tetapi juga karena ku sudah mengalami hipoglikemia dan dehidrasi. Dan setelah memasukan semua barang dan memilih tempat duduk di kapal ini,  ku putuskan untuk langsung makan di atas long boat.. yaa penuh sensasi makan di atas longboat yang sedang melaju.. terhentak naik-turun dengan keras.. terombang-ambing kesana kesini.. “buseet.. nih nasi padang rasanya jadi luar biasa, hahaa.. untung aja g terjadi reflug gaster, hadeeh..” tapi habis juga kok  1 kotak nasi padang ku makan.. hehee..

Selama perjalanan mata ku tidak lepas dari sungai, ku susuri semua tepian sungai dengan daya akomodasi maksimal, melihat dengan seksama mungkin akan ada bentukan kayu dengan pola seperti duri yang mengapung, yaa maklumlah.. karena memang sedang mencari buaya liar (kalo ada) tapi yang kudapati malah banyak batang kayu yang berserakan di sungai, seolah-olah telah terjadi penebangan hebat di hulu sungai ini.
Boat kami pun bermanufer kanan-kiri penuh ketegangan..berkelok menghindari balok kayu yang berserakan terbawa arus di beberapa bagian sungai. ”Bayangin aja klo tuh balok kayu sampai ketabrak, bisa bolong tuh kapal.. tenggelam ke dasar sungai, terbawa arus dan hilang.. hmm bahaya juga daerah ini”, sempet beberapa kali boat kami berhenti karena baling-baling tersangkut dahan kayu atau sampah yang berserakan. “Haiissh.. ada buaya nyamperin ga yaa?”, sambil bercanda dalam hati untuk menghibur diri.

 Semenjak kami datang, kami selalu diantar jemput dengan “Hilux” dan aku bersama 2 dokter yang lain menjadi spesialis duduk di bak belakang mobil dinas tersebut, kecuali para dokter wanita dan si Asya tentunya. Asya adalah anak salah seorang dokter PTT yang ikut PTT, umurnya baru 6 bulan. Yaa.. kami serasa di arak bak pahlawan yang baru pulang perang, mulai dari dermaga ke asrama, dan pada setiap harinya sepanjang perjalanan dari asrama ke kantor dinas, haha… kulit yang awalnya sawo matang kini menjadi busuk dan kehitaman.

Asrama yang ku maksud adalah salah satu ruangan di Puskesmas Malinau Kota.

Asrama kayu, yang merupakan bangunan tua, bertempat tidak terlalu dari pasar dan “alun-alun” kota Malinau. Dulu sih katanya itu kantor dinas kesehatan tapi sekarang sudah berubah fungsi menjadi puskesmas, dan dari aroma-aromanya, ku agak kurang nyaman dengan beberapa sudut bangunan ini. Semenjak melihat bangunan ini pertama kali ku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Belum lagi tipe bangunan ini adalah rumah panggung yang di bawahnya kotor dan digenangi air. Kotor dan lembab, yaa you know lah siapa yang suka dengan tempat seperti itu. Tempat favorit para mahluk halus dan sejenisnya.

Ada salah seorang dokter PTT yang kebetulan malam itu sedang make a call dengan istrinya, jadi dia biasa terjaga hingga larut malam. Ketika sedang asik berbincang, tiba-tiba pintu luar serasa di goyang-goyang kencang sekali. Posisi dia yang saat itu sedang duduk di teras, langsung menuju pintu tersebut yang tidak begitu jauh dari tempat dia duduk. Dan setelah di periksa dengan seksama, ternyata .. “lha kok ga ada apa-apa.. wah ini kan malam Jumat”, saat dia menceritakannya pada ku keesokan harinya. Akhirnya ngacir masuk kamar, dua malam berikutnya dia kembali di kejutkan dengan suara orang berjalah di langit-langit asrama.. hmm.. coba deh kalo mau uji nyali disana gapapa kok.. hehe..
Kalau saya sendiri sewaktu tidur kasur yang kutempati serasa di goyang-goyang.. padahal kasur kami tanpa kerangka, ya hanya kasur yang di letakkan di lantai. Ada juga pada malam lainnya, ku ditemani oleh bayangan yang berdiri di sampingku saat ku sedang tidur.. ku menyadarinya saat terbangun tengah malam, karena udara serasa sangat dingin. Tapi yaa ku cuekin aja, “udah jangan ganggu saya, lha wong saya ga ganggu kok..”, ku berusaha memberanikan diri untuk berbisik dengannya dan kemudian kembali tidur.

Memang beberapa sudut bangunan ini gelap dan tidak terurus. Ruangan kotor dan gelap. Kayu jabuk yang di tumbuhi lumut dimana-mana. Sampah plastik, potongan kayu, pasir yang terbawa angin, dan lainnya seolah menjadi hiasan yang melengkapi sisi kosong bangunan ini. Padahal bangunan ini setiap harinya beroperasi sebagai puskesmas. Ya Pusat Kesehatan  Masyarakat, tapi sepertinya tidak sesehat namanya karena kotor dan tidak terawat baik.
Selama berada di asrama kami, para dokter PTT, sering menghabiskan waktu dengan tidur, jalan-jalan  dan ngobrol-ngobrol. Mengakrabkan diri satu dengan lainnya, karena memang kami berasal dari tempat yang berbeda.
 
Foto Dokter/ Dokter Gigi PTT Kab. Malinau Kalimantan Utara Periode April 2012

Dari Kiri- Kanan
 drg. Lisa, dr. Ochi, drg. Ari, dr. Alex, dr. Rizky


Di angkatan kami ada 3 dokter umum dan 2 dokter gigi. dr. Alex yang berasal dari Semarang, dr. Riski dari Solo, dr. Ochi, drg. Lisa dan saya dari Surabaya. Ada si Asya yang sering menjadi “mainan” kami kalau lagi bosan, atau jenuh. Kami semua ditempatkan di asrama sampai kami menerima SPMT (Surat Pernyataan Pelaksanaan Tugas). Dan sambil menanti itu, kami melakukan beberapa agenda di kota Malinau seperti menghadap Kadinkes Kabupaten, orientasi 3 hari di beberapa departemen di Dinas Kesehatan, dan sehari jalan-jalan di RSUD Malinau yang baru di bangun dan kunjungan ke kantor Bupati Malinau.


Yaa 2 minggu  saja sudah cukup membuat kantong kami bolong.. mahal gilaaa !! Hampir sekitar 50-75% lebih mahal dari pada kota Balikpapan. Makanan di Malinau paling murah Rp 10.000 dan itu sandart harga nasi goreng di “alun-alun” yang isinya semua yang jualan orang Jawa, hahaa.. dan itu adalah menu andalan kami. Walau kami dokter, kami pun pernah “singkip”, kekurangan duit.

Ga betah bener dah lama-lama di kota, duitnya serasa disedot habis.. karena ga ada kerjaan, Cuma bengong, main game, ngobrol, luntang-lantung ga jelas.. jadinya bikin perut cepet laper, tenggorokan kering. Kota Malinau ini adalah kota terpanas yang pernah ku datangi selain Balikpapan dan Surabaya. Kota yang luar biasa panas saat siang, dan Malinau adalah yang terpanas. Terik, kering, udara yang bertiup pun hanya membawa hawa panas dan debu. Akhirnya kami sedikit-sedikit pengen yang seger-seger, pengen makan ini itu, nyamil ini itu.. hadeeh.. dan demi menghemat pengeluaran, kami pun tidur setelah makan. Tujuannya untuk memperlambat metabolisme dan respirasi rate, mencegah cepat turunnya kadar gula dalam darah akibat pembakaran yang dapat berakhir dengan kelaparan dan kehausan jika tidak dilakukan. Jadi kami pun hibernasi di tengah teriknya Malinau.

To Bupati’s Office
Hari ini 10 April 2012 kami berencana untuk bertemu dengan Bupati, atau kalau tidak ya Wakil Bupati. Kadinkes pada hari sebelumnya mengatakan kalau kami perlu “berpamitan” dengan Beliau sebelum pergi ke tempat penugasan. Kami akan di jemput jam 8 pagi. Bertemu pejabat tinggi suatu daerah secara langsung dan privat. Ini pengalaman pertama dan langka seumur hidup, ya walau ku sering bertemu dengan tokoh, atlet dan pelatih nasional atau pejabat penting dalam dunia per-Taekwondo-an.

Lobi Kantor Bupati Malinau
(Kiri ke kanan)
dr. Alex, dr. Rizky, Kadinkes, drg. Lisa, dr. Ochi, drg. Ari

Persiapan kami untuk menghadap Beliau sudah kami lakukan sejak malam hari. Menyetrika rapih pakaian. Beli makan untuk sarapan saat makan malam. Jadi sebelum berangkat, kami akan sempatkan sarapan dulu pagi-pagi biar bisa siap cepat dan tidak terlambat. Makanan dingin sejak semalam tidak menjadi masalah bagi kami yang sedang belajar untuk hidup dengan segala keterbatasan.

Jam 8.. jam setengah 9.. jam setengah 10.. “busyeeet.. jam setengah 10 baru datang tuh jemputan..!” ngomel-ngomel sendiri ga jelas. “Dari kenyang sampe laper lagi nih perut.. tau gitu kan tidur-tidur dulu.. santai-santai dulu..”, tambahku dalam hati.
Sampai di Dinkes nunggu lagi, lamaaa… alhasil ada kabar mengapa kami lama dalam penantian, Sang Bupati sedang nyelawat.. “kita tunggu 1 jam lagi ya dokt”, kata Kadinkes. Dan nunggulah kita 1 jam lebih.. kami sempatkan makan siang dulu.. putar-putar RSUD bak pejabat penting yang melakukan survey dan evaluasi suatu tempat.
RSUD Malinau yang cukup lumayan besar jika di ukur untuk  suatu kabupaten yang terbilang masih belia ini. Tenaga medis pun masih banyak yang kurang di sana. Beberapa dokter masih di sekolahkan oleh pemerintahan setempat. Keyakinan ku pun bertambah jika suatu saat kabupaten ini akan menjadi sangat besar. Loksasi perbatasan dan daerah yang memiliki alokasi dana yang cukup besar untuk pembangunan dibeberapa bidang.
Bosan dengan mutar-mutar. Kehabisan ide untuk killing time. Akhirnya kami kemballi ke kantor dinkes, duduk-duduk dan ngobrol sampai foto-foto, dan bahkan karena kelelahan kami pun tertidur di ruang tunggu tamu Dinkeskab Malinau.. Aaaiihh.. malunya karena  banyak tamu dinas yang mondar-mandir. Dari dandan rapi, dan sekarang bermuka sofa. Karena kami tidur di sofa, kalau ada bantal pasti kami “bermuka bantal”.

Dan akhirnya kami pun berangkat juga ..Dan WOW..tanpa pakai salto..
Ternyata selama ini kami tinggal di Malinau “lama”.. pusat pemerintahan di Malinau “baru” lebih mirip dengan kawasan elite di Surabaya.. gedee.. pusat pemerintahan, pengadilan, DPRD, dan segala tetekbengeknya semua jadi satu di kawasan itu. Sempet ada bayangan usil yang terlintas, kalau kawasan ini di BOM dari udara.. habislah sudah pemerintahan Malinau, hahahaa..
Setibanya di ruang tunggu Wabupati kami semua disambut dan dilayani baik oleh petugas, diminta menunggu yaa.. kira-kira 10-15 menit-lah. Sebagai pengamat arsitektur, ku dapat mengatakan kalau ruang tunggunya asik.. yaaa iyalah pejabat besar getoh hehe..

Bayangan awalku Wabupati ini potongannya seperti warga asli Kalimantan kebanyakan, tapi ternyata malah jauh berbeda. Justru kalau boleh ku katakana lebih mirip dengan orang Jawa, dan bahkan mirip seorang artis ibukota yang sedang naik daun saat ini dengan acara “mata” nya (maaf ga berani sebut merk, hehee).
Beliau banyak cerita tentang program-program pemerintah. Pembangunan saat ini di fokuskan pada pariwisata, kesehatan dan perekonomian kerakyatan, dan bla..bla..bla.. ku hanya kedap kedip kalau di ajak ngobrol tentang politik dan janji-janji, dan kedap-kedip juga lantaran baru kali ini hadapan langsung dengan Wabupati.

Entah selama beberapa waktu kami di dalam, di ceramahi tentang penduduk Malinau, kebudayaan yang ada, adat istiadat dan pengalaman dokter PTT sebelum kami yang kesannya menyenangkan.
I know PTT will give me more experiences, and its just begun ! hehe…
 
“Pemberdayaan” Dokter PTT pada salah satu acara bakti sosial di Desa Kelapis, Kec. Malinau Utara, Kab. Malinau

Foto bersama ketua DPRD Malinau Bpk. Martin Labo


Foto bersama seluruh panitia  pada salah satu acara bakti sosial di Desa Kelampis, Kec. Malinau Utara, Kab. Malinau



Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Gigi Impaksi : Apa, Mengapa dan Bagaimana ?

Gigi impaksi merupakan gigi dengan kondisi tertanam sebagian ataupun total, dapat terjadi pada semua jenis gigi mulai gigi seri (insicive) , taring (caninus) , geraham kecil (premolar) maupun geraham (molar) baik rahang atas maupun rahang bawah. Namun, kasus yang sering kita kenal dan jumpai adalah impaksi pada gigi molar ke-3 (gigi geraham bungsu). Gigi bungsu biasanya tumbuh pada masa usia "age of wisdom" yaitu 15-25 tahun, sehingga gigi bungsu dan gigi impaksi (geraham belakang) dalam bahasa Inggri biasa disebut dengan wisdom teeth.   Manifestasi infeksi yang dapat terjadi pada gigi impaksi rahang bawah. Proses pembentukan benih gigi bungsu diawali sebelum usia 12 tahun dan pertumbuhannya berakhir pada usia sekitar 25 tahun. Pada usia tersebut gigi bungsu akan terbentuk sempurna. Secara garis besar pertumbuhan gigi bungsu berlangsung, sebagai berikut: Anatomi dan pertumbuhan gigi bungsu.  Pada usia 12tahun, sebagian mahkota benih gigi bungsu mulai terbe

Gigi Ngilu Saat Setelah Renang ?? Inilah Sebabnya..

Mungkin sering dari kita merasakan ngilu pada gigi setiap selesai berenang, terutama pada beberapa orang yang menjadikan renang sebagai olahraga favorite, atau bahkan sebagai profesi profesional mereka (atlet). Akhir-akhir ini ada beberapa pasien datang dengan keluhan gigi sering terasa sangat ngilu dan sensitif, terutama setelah berenang. Inilah yang membuat saya ingin menulis tentang gigi ngilu, kaporit, dan kolam renang.. APA ada hubungan antara ketiganya? Oke.. dari kondisi klinis di dalam rongga mulut pasien tersebut, tidak ditemukan adanya dental caries (gigi berlubang) atau calculus (karang gigi) dan resesi gingiva (gusi turun).  Yaa.. tampak normal, setelah wawancara lebih dalam ternyata mereka adalah atlet renang profesional yang dalam pemusatan pelatihan daerah (Puslatda) Jatim. Saya pernah merasakan latihan di dalam Puslatda, sangat ketat. Latihan seperti makan obat saja yang sehari bisa 3 kali. Ya... walau saya bukan atlet renang dulunya, tapi kebayang

Case Report : Cosmetic-Esthetic Dentistry with Frenectomy and Veneer

Frenulum adalah lipatan mukosa yang berisi jaringan ikat/otot yang menghubungkan bagian dari tubuh. Frenulum pada rongga mulut dapat ditemukan pada daerah bawah lidah (frenulum lingualis) , bibir (frenulum labialis) , dan pipi bagian dalam (frenulum bucalis) .  Frenulum labialis superior Jika tinggi, akan menyebabkan central diastema/midline diastema, pada pasien yang menggunakan gigi palsu tipe full denture juga akan mempengaruhi retensi gigi palsunya jika menagemennya tidak tepat Frenulum bucalis Jika tinggi, akan mempengaruhi retensi gigi palsu jika managemennya tidak tepat Frenulum Lingualis Jika frenulum ini "pendek" (gambar sisi kanan) akan mempengaruhi fungsi bicara karena lidah "terikat" dan tidak bisa bergerak bebas, dan dapat juga mempengaruhi retensi gigi palsu pada pasien yang menggunakannya jika managemennya tidak tepat Saat ini, kita akan membahas kasus frenulum labialis yang umum kita jumpai.  Pada frenulum labiaslis su